Tentang Kami

Mewujudkan Kemitraan, Kesetaraan, dan Keterbukaan
Makna Dibalik Berdirinya GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul

Semuanya Memiliki Makna
Orang bijak pernah berkata demikian, bahwa setiap peristiwa memiliki makna, dan seharusnya makna itulah yang harus dipegang oleh setiap orang sejak ia mengalami peristiwa. Artinya, makna merupakan bagian yang inheren dari peristiwa yang terjadi, serta makna dan peristiwa tersebut merupakan dua bagian yang tidak terpisahkan.
Demikian, lalulintas perjalanan hidup manusia yang diwarnai oleh banyak peristiwa kehidupan selalu melahirkan makna. Setiap makna yang diperoleh dari sebuah peristiwa dapat dijadikan jiwa kehidupan dalam rangka pergerakan hidup ke depan. Andaikata setiap peristiwa tidak melahirkan makna, maka setiap peristiwa akan selalu berakhir dengan kepahitan. Tetapi, bila dari setiap peristiwa dapat diselami makna yang terdalam, maka peristiwa itu berubah menjadi pelajaran yang berharga.
Lahirnya Makna Bergereja
Lahirnya GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul tidak bisa dilepaskan dari eksistensi GKPI Resort Khusus Doloksanggul Kota. GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul pada awalnya lahir dari konflik internal yang terjadi di tubuh GKPI Resort Khusus Doloksanggul Kota. Penjelasan ini tidak bertujuan untuk mendiskreditkan sekelompok orang yang terlibat pada konflik masa lalu. Namun, sebagaimana telah diungkapkan bahwa konflik internal di GKPI Resort Khusus Doloksanggul Kota merupakan benih yang menumbuhkan GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul.
Tanggal 26 Oktober 2003 ditetapkan sebagai lahirnya GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul, dan pada tanggal 27 Mei 2007, diresmikan sebagai gereja yang mandiri di GKPI. Apabila fakta sejarah ini diangkat ke permukaan, tidak bermaksud hendak membuka luka lama sekaligus mempertajam sisa konflik masa lalu. Namun, tulisan ini hendak menggugah setiap orang bahwa peristiwa yang melahirkan GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul, seyogyianya melahirkan makna baru, terutama makna dalam kehidupan bergereja pada umumnya, serta kehidupan bergereja di GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul pada umumnya.
Dibalik berdirinya GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul, ada makna yang terkandung, dan makna itulah seharusnya menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul. Saat peristiwa tersebut melahirkan makna, konflik internal yang terjadi di GKPI Resort Khusus Doloksanggul Kota tidak lagi konflik yang melahirkan kekacauan, tetapi dapat dikategorikan sebagai konflik yang kreatif.
Ya, munculnya GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul merupakan buah dari konflik yang kreatif di tengah-tengah gereja. Paling tidak, konflik di tengah-tengah gereja bukan lagi hal yang baru, sebab perkembangan dan pertumbuhan gereja diwarnai dengan konflik sejak masa lalu. Namun, makna dari konflik kreatif yang melahirkan GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul dapat dijadikan sebagai pedoman bergereja untuk masa yang akan datang.
Tiga Prinsip Bergereja
Makna dibalik peristiwa lahirnya GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul adalah Kemitraan, Kesetaraan, dan Keterbukaan (3K). Munculnya GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul merupakan keinginan untuk mewujudkan Kemitraan, Kesetaraan, dan Keterbukaan di tengah-tengah gereja yang tidak ditemukan sebelumnya di gereja asal.
Bagi GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul, bentuk Kemitraan, Kesetaraan, dan Keterbukaan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut.
  1. Kemitraan. Bahwa semua unsur-unsur di tengah-tengah gereja adalah mitra kerja, yaitu mitra kerja dalam mewujudkan tugas panggilan gereja di tengah-tengah gereja. Kemitraan ini justru meniadakan prinsip prioritas individu, bahwa tidak ada alasannya kepentingan sekelompok individu didahulukan di tengah-tengah gereja. Semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama di tengah-tengah gereja, dan setiap warga jemaat menjadi mitra kerja terhadap warga jemaat lainnya dalam mewujudkan tugas panggilan gereja di tengah-tengah dunia ini.
  2. Kesetaraan. Setiap warga jemaat (baik pelayan maupun non-pelayan) memiliki posisi yang setara di tengah-tengah gereja. Memang, oleh karena tuntutan pelayanan dan organisasi, seakan-akan di tengah-tengah gereja terjadi pengelompokan, yakni pelayan dan non-pelayan. Sejatinya, setiap orang percaya dipanggil Tuhan untuk menjadi pelayan firmanNya di tengah-tengah dunia ini (Imamat Am Rajani). Untuk itu, dalam perwujudan tugas panggilan gereja, terutama dalam kehidupan bergereja di tengah-tengah dunia ini, setiap warga jemaat memiliki posisi yang setara. Hanya saja, masing-masing warga jemaat (pelayan dan non-pelayan) memiliki tugas dan tanggungjawab yang berbeda di tengah-tengah gereja. Perbedaan tugas dan tanggungjawab tersebut hanya perbedaan peran saja, tidak meliputi perbedaan derajat di tengah-tengah gereja.
  3. Keterbukaan. Pengelolaan gereja harus mengutamakan keterbukaan dan segala keputusan yang dilaksanakan dapat dipertanggungjawabkan (accountable). Gereja bukanlah milik segelintir orang, tetapi milik Tuhan. Karena itu, yang pertama sekali dilakukan dalam pengelolaan gereja adalah takut akan Tuhan yang memiliki gereja tersebut. Dalam rangka takut akan Tuhan, maka dalam pengelolaan gereja keterbukaan dan pertanggungjawaban harus didahulukan. Keterbukaan dan pertanggungjawaban yang dimaksud disini adalah kepada dua pihak sekaligus, yakni: kepada Tuhan yang menjadi pemilik gereja dan kepada warga jemaat sebagai umat Tuhan di tengah-tengah dunia ini.
Refleksi
Kami hendak memaparkan sejarah berdirinya GKPI Resort Khusus Saroha di dalam tulisan ini agar semua orang dapat memahami setiap makna dari setiap peristiwa. Sejarah tidak perlu dilupakan sebab sejarah menyimpan banyak hal pelajaran yang berharga. Konflik internal GKPI Resort Khusus Doloksanggul Kota yang melahirkan GKPI Resort Khusus Saroha Doloksanggul tidak perlu dilupakan, tetapi dipelajari untuk mengambil makna yang kemudian dipakai sebagai pedoman kehidupan bergereja.
Pengalaman kami dapat menjadi pelajaran bagi anda, agar melalui pengalaman kami, anda dapat mengelola kehidupan bergereja anda sebagaimana makna yang kami dapat dari peristiwa konflik yang melahirkan gereja kami. Tuhan Memberkati.